Permasalahan yang dari dulu tak cepat usai di negeri kita tercinta. Menumbuhkan minat baca di tengah-tengah masyarakat memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Ekspektasi motor perubahan tak pernah sejalan dengan realita yang ada. Bayangkan saja, pemuda-pemuda Indonesia kini termakan dengan nikmatnya fasilitas teknologi yang tidak bisa dibendung lagi. Mau tidak mau kita memang harus menelan pahit efek dari gurihnya kecanggihan teknologi tersebut. Namun, permasalahannya terletak pada mengapa sangat sulit menerapkan minat baca di Indonesia ini. Padahal, negara-negara lain yang menciptakan teknologi besar saja memiliki minat baca diatas negara kita.
Teknologi
bukan menjadi penyebab utama yang harus diberantas disini. Tetapi, pola pikir
masyarakat lah yang paling memiliki andil dalam perubahan bangsa. Masyarakat
Indonesia kita lihat banyak yang menyukai media-media audio visual seperti TV,
Facebook, dan baru-baru ini Instagram. Media-media sosial tersebut yang lebih
digantungi oleh masyarakat. Tinggal bagaimana cara mengubah pola pikir mereka
dengan memasukkan unsur-unsur pengetahuan dalam media-media tersebut.
Sebenarnya hiburan tidak melulu melalui televisi dan media sosial. Banyak
karya-karya sastra yang membuat kita berimajinasi lebih jauh dan meningkatkan
kreativitas kita pula, hanya saja banyak orang yang belum menyadari itu.
Sekarang,
tinggal bagaimana kita memulai pola pikir itu dari diri sendiri karena pada
dasarnya pola pikir tidak bisa dipaksakan, lebih bagus jika merupakan kehendak
pribadi. Sosial media sangat bagus jika kita jadikan media untuk menyebarkan
pengetahuan atau sekedar membagikan warta dari lingkungan sekitar. Kebiasaan
membaca buku juga bisa dibranding
melalui tayangan-tayangan di televisi. Dengan begitu, masyarakat akan perlahan
mengikuti apa yang mereka lihat. Secara tidak langsung, pola pikir akan berubah
dan mengurangi darurat minat baca Indonesia.
Comments
Post a Comment