Muslihat Kata (Dari BIAS 56)



Mataku nyalang
Mengintip, mencalang
Dari celah remang
Antara jejak pelita girang
Lamun aku melajang
Terkubur, melabang
Hilang dari pandang

Penyesalan dan penderitaan datang menghantam
Merenggutmu dari area nyamanmu
Menghempasmu ke dalam kegelapan yang pekat dan suram
Jangan biarkan takut mengekungmu
Kau tahu selalu ada tentara cahaya untuk si penghantam
Jangan beri mereka alasan untuk menyakitimu
Kebahagiaan bisa didapat walau dalam masa tersuram
Asal kau ingat untuk menemukan cahayamu

Rumus-rumus ilmu pasti takkan sanggup menggapainya
Menangkup arti hakiki yang sejak lama dicari
Menyebarkan ion-ion ke segala penjuru dengan perakannya
Positif dan negatif bergantung penerimaan dalam hati
Hanya satu yang dapat mengertinya
Hati tulus dari sang insani

Desah angin yang berlari memburu kartika
Meski payah tetap rangkai sahaja
Terpeleset muslihatku dalam bunga mimpinya
Demi prasasti dikara setiap celah ruang waktu
Ampuni goresan dengan untaian tutur merdu
Pembelaku, gembiraku yang tak akan murca dari hidup

Aku mengayuh
Berjudi lawan jenuh
Agar jarak pengharapan tak kian jauh
Karena aku bertaruh
Di sela waktu yang meluruh
Antara itu kan ku rengkuh

Bagaimana bisa aku jadi mentari?
Jika posisi sebagai pusat tata surya itu sudah ada yang memiliki
Maka, izinkan aku untuk menjadi benda
Yang bisa kau matikan jika kau tak sedang membutuhkannya
Sehingga kau tak perlu membenci cahayaku yang tak seberapa menerangi hidupmu

Temaram cahaya membawa sunyi
Lamunku melambung membelai angkasa
Membuka pintu-pintu mimpi, menyibak tirai-tirai kegalauan jiwa
Bias keremangan memudarkan kasih, menguak ilusi
Aku membeku dalam ironi

Bukan tentang fajar maupun senja
Hanya beling kaca, jernih dari segala ketara
Kamu yang jadi seluruhku
Aku yang jadi seluruhmu
Kala mata merindu jumpa
Tenggat serupa buta

Comments