Mengintip, mencalang
Dari celah remang
Antara jejak pelita girang
Lamun aku melajang
Terkubur, melabang
Hilang dari pandang
Penyesalan dan penderitaan
datang menghantam
Merenggutmu dari area
nyamanmu
Menghempasmu ke dalam
kegelapan yang pekat dan suram
Jangan biarkan takut
mengekungmu
Kau tahu selalu ada tentara
cahaya untuk si penghantam
Jangan beri mereka alasan
untuk menyakitimu
Kebahagiaan bisa didapat
walau dalam masa tersuram
Asal kau ingat untuk
menemukan cahayamu
Rumus-rumus ilmu pasti
takkan sanggup menggapainya
Menangkup arti hakiki yang
sejak lama dicari
Menyebarkan ion-ion ke
segala penjuru dengan perakannya
Positif dan negatif
bergantung penerimaan dalam hati
Hanya satu yang dapat
mengertinya
Hati tulus dari sang insani
Desah angin yang berlari
memburu kartika
Meski payah tetap rangkai
sahaja
Terpeleset muslihatku dalam
bunga mimpinya
Demi prasasti dikara setiap
celah ruang waktu
Ampuni goresan dengan
untaian tutur merdu
Pembelaku, gembiraku yang
tak akan murca dari hidup
Aku mengayuh
Berjudi lawan jenuh
Agar jarak pengharapan tak
kian jauh
Karena aku bertaruh
Di sela waktu yang meluruh
Antara itu kan ku rengkuh
Bagaimana bisa aku jadi
mentari?
Jika posisi sebagai pusat
tata surya itu sudah ada yang memiliki
Maka, izinkan aku untuk
menjadi benda
Yang bisa kau matikan jika
kau tak sedang membutuhkannya
Sehingga kau tak perlu
membenci cahayaku yang tak seberapa menerangi hidupmu
Temaram cahaya membawa sunyi
Lamunku melambung membelai
angkasa
Membuka pintu-pintu mimpi,
menyibak tirai-tirai kegalauan jiwa
Bias keremangan memudarkan
kasih, menguak ilusi
Aku membeku dalam ironi
Bukan tentang fajar maupun
senja
Hanya beling kaca, jernih
dari segala ketara
Kamu yang jadi seluruhku
Aku yang jadi seluruhmu
Kala mata merindu jumpa
Tenggat serupa buta
Comments
Post a Comment