Hari itu, tanggal 19 Agustus 2017 kita diharuskan
memasuki gerbang Universitas Brawijaya pada pukul 05.00 WIB. Meski terpaksa
mandi pukul tiga pagi, hal tersebut harus kulakukan demi kegiatan ini. Tidak
boleh ada kata lelah dan menyerah sebelum memasuki medan perang. Sudah hampir
sebulan aku menyiapkan seluruh penugasan yang wajib dilakukan demi acara
bersejarah ini meski hanya satu hari. Malam hari sebelum RAJA Brawijaya, aku
juga sudah menyiapkan barang-barang yang diperlukan dan diwajibkan dibawa pada
peraturan yang telah dituliskan. Meski tas ini sangat berat, aku tidak boleh
mengeluh. Perjuangan mahasiswa dahulu lebih melelahkan daripada sekarang yang
aku rasakan. Bahkan, mereka banyak yang gugur demi memperbaiki keadaan bangsa
Indonesia.
Kakak tingkat mendidik kami dengan cara yang sangat
tegas. Hal tersebut aku yakin bertujuan untuk membuat kami semua displin dan
tegas dalam mengikuti aturan. Jika tidak begitu, pasti banyak mahasiswa baru
yang meremehkan kakak tingkat mereka.
Setelah memasuki lapangan rektorat, kami berbaris
sesuai cluster yang telah ditentukan sebelumnya. Aku cluster 7 sehingga
dibariskan pada koridor samping lapangan rektorat. Penampilan-penampilan yang
disuguhkan sangat menarik dan meningkatkan nasionalisme kita ketika kami
disuruh melambaikan bendera merah putih diiringi lagu nasional yang memberi
semangat. Penampilan lain juga tak kalah menarik dan membuatku bangga menjadi
mahasiswa Universitas Brawijaya meskipun awalnya biasa saja karena sempat
ditolak kampus impian.
Setelah melihat penampilan-penampilan dan sambutan,
acara inti di lapangan rektorat yaitu Umbrella Mop akhirnya digelar. Karena
kekurangan personil, akhirnya aku disuruh bergabung untuk memegang payung dan
mendemonstrasikan koreografi. Hasilnya ternyata sungguh membuatku takjub atas
kegigihan para panitia yang selama ini rela lembur demi membuat koreo seperti
itu.
Umbrella Mop sukses digelar. Setelah itu, kita
digiring menuju gedung masing-masing sesuai cluster untuk menerima materi
seputar akademik dan universitas. Aku menuju gedung Samantha Krida. Disana,
kita diajarkan untuk tidak egois menjadi orang. Kita harus rela duduk
berdesakan agar semua mahasiswa baru bisa duduk di dalam. Meski tidak nyaman,
lagi-lagi kesabaranku diuji agar tidak mengeluh terhadap keadaan.
Banyak materi yang disampaikan diantaranya adalah
pengetahuan tentang SKS, seputar organisasi internal dan eksternal yang ada di
Universitas Brawijaya, dan kita juga dikenalkan dengan kakak tingkat yang
menduduki jabatan tinggi lembaga eksekutif dan legislatif seperti BEM dan Dewan
Perwakilan Mahasiswa. Selain itu, kita juga dikenalkan dengan para mahasiswa
berprestasi dari masing-masing fakultas sehingga hal tersebut dapat memotivasi
kami agar berjuang untuk menggantikan posisi mereka tahun depan.
Setelah beberapa materi tentang akademik dan
universitas, kami diberi waktu untuk istirahat shalat dan makan. Ibadah yang
kami lakukan juga berbeda dari biasanya. Karena saking banyaknya mahasiswa
baru, kita berwudhu menggunakan air yang kita bawa sendiri dari rumah dan
shalat menggunakan alas koran.
Kami pun kembali ke gedung kembali untuk
mendengarkan materi selanjutnya. Pemateri-pemateri yang disajikan sangat
profesional dan menggugah semangat. Mereka orang-orang intelektual yang sangat
berkontribusi bagi masyarakat. Hal tersebut membuatku semangat dan menyusun
strategi baru bagaimana usaha-usaha yang harus aku lakukan agar aku dapat
berkontribusi bagi Universitas Brawijaya dan bangsa Indonesia.
Comments
Post a Comment