Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia!


Pagi ini adalah hari bersejarah bagi saya dan seluruh mahasiswa baru Universitas Brawijaya. Mengapa? Karena kita aku memulai perjuangan sebagai mahasiswa di Kampus Biru tercinta ini. RAJA Brawijaya 2017 atau Rangkaian Jelajah Almamater Universitas Brawijaya 2017 menjadi bukti bahwa sejarah baru telah tergores dengan tinta kejayaan. Hal itu menandakan kita bukan lagi siswa sekolah menengah, melainkan maha dari segala siswa. Mahasiswa. Penerus bangsa yang diharapkan menjadi tonggak dalam kemajuan bangsa Indonesia.

Hari itu, tanggal 19 Agustus 2017 kita diharuskan memasuki gerbang Universitas Brawijaya pada pukul 05.00 WIB. Meski terpaksa mandi pukul tiga pagi, hal tersebut harus kulakukan demi kegiatan ini. Tidak boleh ada kata lelah dan menyerah sebelum memasuki medan perang. Sudah hampir sebulan aku menyiapkan seluruh penugasan yang wajib dilakukan demi acara bersejarah ini meski hanya satu hari. Malam hari sebelum RAJA Brawijaya, aku juga sudah menyiapkan barang-barang yang diperlukan dan diwajibkan dibawa pada peraturan yang telah dituliskan. Meski tas ini sangat berat, aku tidak boleh mengeluh. Perjuangan mahasiswa dahulu lebih melelahkan daripada sekarang yang aku rasakan. Bahkan, mereka banyak yang gugur demi memperbaiki keadaan bangsa Indonesia. 

Kakak tingkat mendidik kami dengan cara yang sangat tegas. Hal tersebut aku yakin bertujuan untuk membuat kami semua displin dan tegas dalam mengikuti aturan. Jika tidak begitu, pasti banyak mahasiswa baru yang meremehkan kakak tingkat mereka.

Setelah memasuki lapangan rektorat, kami berbaris sesuai cluster yang telah ditentukan sebelumnya. Aku cluster 7 sehingga dibariskan pada koridor samping lapangan rektorat. Penampilan-penampilan yang disuguhkan sangat menarik dan meningkatkan nasionalisme kita ketika kami disuruh melambaikan bendera merah putih diiringi lagu nasional yang memberi semangat. Penampilan lain juga tak kalah menarik dan membuatku bangga menjadi mahasiswa Universitas Brawijaya meskipun awalnya biasa saja karena sempat ditolak kampus impian.

Setelah melihat penampilan-penampilan dan sambutan, acara inti di lapangan rektorat yaitu Umbrella Mop akhirnya digelar. Karena kekurangan personil, akhirnya aku disuruh bergabung untuk memegang payung dan mendemonstrasikan koreografi. Hasilnya ternyata sungguh membuatku takjub atas kegigihan para panitia yang selama ini rela lembur demi membuat koreo seperti itu.

Umbrella Mop sukses digelar. Setelah itu, kita digiring menuju gedung masing-masing sesuai cluster untuk menerima materi seputar akademik dan universitas. Aku menuju gedung Samantha Krida. Disana, kita diajarkan untuk tidak egois menjadi orang. Kita harus rela duduk berdesakan agar semua mahasiswa baru bisa duduk di dalam. Meski tidak nyaman, lagi-lagi kesabaranku diuji agar tidak mengeluh terhadap keadaan.

Banyak materi yang disampaikan diantaranya adalah pengetahuan tentang SKS, seputar organisasi internal dan eksternal yang ada di Universitas Brawijaya, dan kita juga dikenalkan dengan kakak tingkat yang menduduki jabatan tinggi lembaga eksekutif dan legislatif seperti BEM dan Dewan Perwakilan Mahasiswa. Selain itu, kita juga dikenalkan dengan para mahasiswa berprestasi dari masing-masing fakultas sehingga hal tersebut dapat memotivasi kami agar berjuang untuk menggantikan posisi mereka tahun depan.

Setelah beberapa materi tentang akademik dan universitas, kami diberi waktu untuk istirahat shalat dan makan. Ibadah yang kami lakukan juga berbeda dari biasanya. Karena saking banyaknya mahasiswa baru, kita berwudhu menggunakan air yang kita bawa sendiri dari rumah dan shalat menggunakan alas koran.

Kami pun kembali ke gedung kembali untuk mendengarkan materi selanjutnya. Pemateri-pemateri yang disajikan sangat profesional dan menggugah semangat. Mereka orang-orang intelektual yang sangat berkontribusi bagi masyarakat. Hal tersebut membuatku semangat dan menyusun strategi baru bagaimana usaha-usaha yang harus aku lakukan agar aku dapat berkontribusi bagi Universitas Brawijaya dan bangsa Indonesia. 

Comments