Indonesia kaya akan warisan budaya dan suku bangsa. Apalagi sejarah bangsa yang sangat berharga sekalipun sudah terlewat tapi disitulah identitas bangsa kita bisa dikenal dunia. Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah "puncak-puncak dari kebudayaan daerah". Persepsi itu dimaksudkan pada kesatuan yang lebih diunggulkan daripada keberagaman.
Memang, menurut sebagian besar orang
kurang melirik apa arti sejarah dan budaya bangsa ini. Hal tersebut mungkin
dianggap remeh dan hanya menyerahkan kewajiban dalam melestarikannya kepada
budayawan dan sejarawan. Padahal, jika kita saling bersatu dalam melestarikannya
pasti kebudayaan kita akan lebih dikenal oleh mancanegara. Bagaimana budaya
kita akan dikenal jika kita sendiri malas untuk melanggengkannya?
Tidak hanya budaya. Sejarah bangsa
juga sangat penting sebagai bukti bagaimana perjuangan bangsa Indonesia yang
begitu tertekan oleh imperium bangsa Barat dan Jepang hingga bisa mencapai titik
kulminasi. Tak hanya bagian itu, histori yang mengisahkan tentang
kerajaan-kerajaan masa lampau namun begitu mencerminkan kebudayaan kita yang
sesungguhnya.
Tidakkah kita berniat bercermin pada
diri kita sendiri? Bagaimana eksistensi kebudayaan kita yang amat banyak dan
kisah sejarah di masa kini? Sadar tidak sadar, kita sudah termakan oleh
keelusifan teknologi yang tentunya lebih menggiurkan dari segumpal kisah
sejarah dan permainan budaya. Padahal, kita yang sebagai generasi penerus bangsa
diharapkan mampu mendongkrak semangat persatuan dengan melestarikan kebudayaan
nusantara.
Kita selaku generasi muda penerus
bangsa, penentu masa depan bangsa seharusnya tidak hanya memikirkan bagaimana
bangsa kita bisa maju menjadi nomor satu, namun juga memikirkan bagaimana
kultur kita tetap bisa dinikmati semua kalangan. Budaya harus tetap menjadi
daya tarik warga negara tidak hanya diagungkan ketika hari kebudayaan atau hari
batik nasional dan peringatan lainnya. Dengan begitu, sisi lain di dunia akan
memandang kita sebagai negara berbudaya dan bahkan juga mengikuti ritual-ritual
kita yang mereka anggap menarik. Sayangnya, kondisi yang diharapkan itu
berbalik pada saat ini. Justru, rakyat Indonesia merasa bangga jika mereka
menggunakan identitas bangsa lain mulai dari bahasanya hingga pakaiannya. Memang
itu sudah menjadi akibat dari globalisasi dan modernisasi dimana semua terasa
bisa dijangkau. Masyarakat dunia terasa sudah bersatu dengan adanya alat
komunikasi yang serba hebat. Bangsa kita juga sudah kerap kali kerasukan
kebudayaan bangsa lain. Sangat tidak mungkin bagi kita untuk menolaknya, yang
bisa dilakukan hanya bagaimana membentengi diri sendiri dari pengaruh-pengaruh
luar.
Perlu diingat juga, pastinya
modernisasi itu tidak hanya menjadi peluru bagi bangsa kita. Jika kita pintar
dalam menghadapi situasi seperti ini, globalisasi tersebut justru merupakan
peluang untuk mengembangkan kebudayaan bangsa. Mayoritas penikmat tekonologi,
kalangan remaja bisa menjadi pencetus inovasi dalam menyajikan kebudayaan. Jika
biasanya kebanyakan orang merasa jenuh dengan kebudayaan yang hanya itu-itu
saja, kita bisa memanfaatkan bidang teknologi yang banyak dimanfaatkan orang
dalam kehidupan sehari-hari.
Teknologi bisa menjadi suatu media
untuk mengajak dan mengajarkan pada khalayak tentang kebudayaan dan sejarah
bangsa sehingga bisa mempercepat pemahaman pengguna karena medianya yang
menarik. Belajar melalui kecanggihan era sekarang tentunya menjadi daya tarik
sendiri daripada tidak dimanfaatkan dan malah mengikis kebudayaan bangsa.
Suatu kisah sejarah maupun budaya
dengan visualisasi yang menarik tentunya jadi cara yang efektif untuk
dipelajari daripada menggunakan media cetak yang sangat membutuhkan minat baca
apalagi gadget lebih disukai hampir semua kalangan daripada buku bacaan.
Tinggal bagaimana cara kita melihat sisi lain dari teknologi dan mengubahnya
menjadi hal positif tanpa mencela dampak negatifnya.
Melihat realita di sekitar,
teknologi hiburan berupa game sangat digemari terutama di kalangan remaja.
Embel-embel negatif tentang game memang menjadi tantangan tersendiri untuk
merubah persepsinya. Padahal, game sesungguhnya merupakan media yang menjadi
penghilang stress dan menjadi kesenangan sendiri. Positifnya, game ternyata
dapat meningkatkan kecerdasan dan kemampuan kognitif gamer karena dalam game
kita dituntut untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Apalagi jika
ditambah dengan karakter yang mengandung edukasi sehingga akan menambah
wawasan.
Seperti contohnya game yang
diprakarsai oleh PT. Telekomunikasi Indonesia yaitu Game Nusantara Online. Game
yang menyuguhkan unsur sejarah dengan latar belakang berupa kisah sejarah
rakyat Nusantara serta bangunan, susunan kemsyarakatan hingga peta yang
mencirikan budaya sejarah pada masanya. Game bergenre MMORPG (Massively
Multiplayer Online Role-Playing Game) ini ternyata juga menyajikan kisah
kerajaan Nusantara seperti Majapahit dan Sriwijaya. Tiap tahun rencananya akan
ditambah 3 kerajaan dan tiap provinsi akan diwakili 1 kerajaan. Bahkan, lagu
yang mengiringi game ini juga merupakan lagu berciri khas rakyat Indonesia.
Selain Game Nusantara Online, ada
juga Game Bidar yang diciptakan oleh salah Dede Santoso, seorang mahasiswa
perguruan tinggi komputer swasta yang tak kalah berpotensi dalam mengeksistensikan
kebudayaan lokalnya. Ia tidak hanya menciptakan game saja, namun juga
menyisipkan pengetahuan sejarah dan awal mula seni dan budaya perahu bidar di
Palembang. Bidar sendiri merupakan event tahunan yang diadakan di sungai Musi.
‘Kurusetra’ juga hadir bertema
perang kolosal dari kisah Baratayuda. Karakter 5 sosok heroik ini menantang
pemain untuk mengatur strategi agar jagoannya bisa meraih prasasti bernama
Segaragni Bayubhumi. ‘Kurusetra’ menjadi bukti bahwa anak bangsa juga mampu
bersaing di kancah internasional melawan game yang telah marak di pasaran
aplikasi mobile maupun pc.
Meskipun kedua game tersebut belum
terlalu dikenal masyarakat, namun diharapkan secara perlahan game ini dapat
meluas atau setidaknya dimainkan sebagai sarana edukasi. Khususnya bagi
gamer-gamer janganlah hanya mengkonsumsi game impor, namun lihatlah ke dalam
diri bangsa ini bahwa sesungguhnya banyak game bervisualisasi yang menarik
buatan lokal dan tentunya dapat menambah wawasan Nusantara.
Sebenarnya, masih diharapkan lagi munculnya
inovator-inovator bangsa terutama dari lulusan bidang multimedia untuk bisa
menciptakan permainan atau terobosan lainnya melalui media teknologi sebagai
sarana pendidikan dan pelestarian budaya. Kesan game yang hanya dianggap
sebagai permainan saja harus diubah menjadi wahana pembelajaran yang menarik
dan tidak membosankan.
Jika kita hanya menjadi penonton atau
penikmat hasil karya mereka patutnya didukung dengan cara menggunakan produk
lokal agar game tersebut bisa sukses dan berselancar ke jenjang internasional.
Dengan begitu, kita juga sekaligus turut serta melestarikan kebudayaan bangsa
dan menyeleksi teknologi dalam hal yang positif baik bagi diri sendiri maupun
bagi bangsa kita.
Intinya, masyarakat harus lebih selektif
lagi dalam mengolah kebudayaan luar yang masuk termasuk teknologi agar tidak
semakin menggerus kebudayaan bangsa. Sebagai warga negara yang bernasionalis,
tentunya cinta tanah air sudah menjadi kewajiban bersama. Kebudayaan bukan
hanya pajangan bagi suatu negara namun menjadi identitas bangsa yang harus
terus dijaga demi nama baik di mata dunia. Apapun cara yang dilakukan, kita
harus menunjukkan bahwa kita mencintai budaya ini.
Comments
Post a Comment