Merekah Walau Diterjang Peluru


Pernahkah kalian berpikir bahwa bahasa kita mempunyai sebanjar perjalanan lika-liku yang bisa berakhir dengan selamat hingga detik ini? Jika tidak, cobalah untuk memikirkannya karena ekspedisinya sungguh tidak mudah. Namun, sadarkah kalian pada kenyataan? Kenyataan ini cukup pahit jika disambung dengan perjuangan sesepuh dalam menjayakan bahasa kita ini. Tidak. Tidak boleh hancur sekalipun diterpa banyak angin yang datang dari bangsa kita sendiri. Apalagi dari luar. Anomali-anomali yang sudah dirasakan oleh semua kalangan ternyata masih belum menimbulkan tindakan-tindakan yang secara khusus bisa menanganinya. Meskipun belum ada tindakan yang berarti, mencoba untuk mengetahui latar historisnya puh tak ada salahnya.
Sejatinya, awal mula dari Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa pemersatu berasal dari Bahasa Melayu telah digunakan sejak zaman Kerajaan Sriwijaya yang terkenal akan armada lautnya yang kuat. Bahasa Melayu sangat penting bagi masyarakat saat itu untuk berkomunikasi antar suku di Nusantara serta antara pedagang dari dalam dengan luar negeri.
Bukti dari adanya perkembangan Bahasa Melayu ini dapat kita temui dari peninggalan-peninggalan yaitu tulisan yang terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh Aceh pada tahun 1380, Prasasti Kedukan Bukit di Palembang pada tahun 683 serta Prasasti Talang Tuo di Palembang pada Tahun 684.
Jangan asal meremehkan Bahasa Melayu sebelum melihat latarnya karena bahasa tersebutlah yang menjadi cikal bakal etiket bangsa hingga sekarang. Bahasa tersebut sudah menjadi bahasa kebudayaan, bahasa penghubung, bahasa perdagangan serta bahasa kerajaan pada masanya. Bahasa Melayu mempelosok Nusantara dengan luwesnya karena mudah diterima oleh masyarakat.
Jika dikaitkan dengan kemerdekaan, betapa berartinya sebuah bahasa pemersatu yang menjadi pengikat hubungan antar insan sehingga menjadi lebih erat. Jika dirasakan lebih dalam lagi, tanpa bahasa pemersatu tersebut mungkin bangsa kita tidak bisa menjalin komunikasi yang bisa meningkatkan rasa persaudaraan dan kesatuan. Tanpa ada persaudaraan dan kesatuan pastinya tidak akan tercapai kata merdeka. Banyak dari kita yang tidak menyadarinya dan bahkan merubah bahasa yang telah sempurna dengan sesuka hati. Apa itu wujud dari menghargai apa yang telah menjadi faktor kemerdekaan? Tentu tidak bukan.
Para pemuda pencetus pergerakan nasional segera sadar akan arti pentingnya sebuah bahasa pemersatu sehingga mereka kemudian mengangkat Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Bukan merupakan akhir dari perjalananmu, wahai bahasa. Melainkan peristiwa tersebut menjadi tonggak untuk permulaan awal baru perjuangan seluruh lapisan masyarakat untuk mempertahankan dan mengintensifkan Bahasa Indonesia di segala aspek dalam rangka pemersatuan bangsa.
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Hampir 87 tahun sejak ikrar Sumpah Pemuda diikrarkan. Dimana pernyataan tekad bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia diutarakan. Bahasa nasional pun lahir. Semangat persatuan kesatuan semakin menghebat. Untungnya,
Penggunaan  Bahasa Indonesia resmi digunakan berbarengan dengan konstitusi lebih tepatnya sehari setelah kemerdekaan. Nama Indonesia yang diganti dari nama sebelumnya yaitu Melayu bertujuan untuk menghindari kesan imperialisme bahasa. Bahasa Indonesia yang lama tentu berbeda dengan Bahasa Indonesia masa ini. Banyak perubahan-perubahan yang mewarnai perjalanan Bahasa Indonesia akibat penggunaannya untuk administrasi kolonial dan berbagai pembakuan.
Mengapa Bahasa Indonesia saat ini sangat berbeda dengan Bahasa Melayu? Padahal Bahasa Melayu merupakan asal dari Bahasa Indonesia? Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup serta masih terjadi penyerapan-penyerapan kata maupun frase dari bahasa daerah ataupun bahasa asing yang tak terhitung jumlahnya.
Meskipun Bahasa Indonesia tidak digunakan murni dalam kehidupan sehari-hari namun pasti kita sering mendengar pengucapan bahasa campuran antara Bahasa Indonesia dengan bahasa atau dialek dari masing-masing daerah. Karena hal tersebut, perlu diingat bahwa janganlah menghilangkan eksistensi dari Bahasa Indonesia karena tetap menjadi pedoman bagi seluruh bangsa untuk menyatukan perbedaan yang ada.
Ternyata tak bisa dipungkiri bahwa perkembangan zaman modern yang serba melek teknologi saat ini memberi dampak pula bagi keberadaan Bahasa Indonesia. Memang, tidak semuanya berdampak negatif. Namun kita juga tak bisa tinggal diam menyaksikan pergeseran makna ketegapan Bahasa Indonesia era sekarang. Sebagai generasi muda penerus bangsa mestinya melakukan pencegahan terhadap dampak negatif pergeseran yang diakibatkan oleh modernisasi dan mengatasi pergeseran-pergeseran tersebut. Bukannya malah mempersulit keadaan dengan semakin membelokkan ihwal sepatutnya.
Berpikiran positif sejenak, sebenarnya Bahasa Indonesia sudah sangat berkembang di golongan masyarakat. Pengimplementasian Bahasa Indonesia ternyata tidak hanya sebatas produk lokal, namun juga produk luar negeri. Buktinya Bahasa Indonesia terdapat di produk-produk perusahaan luar negeri yang mereka gunakan sebagai bentuk promosi agar laku di pasaran Indonesia. Secara tidak disadari pun kita pasti akan mengetahui bahwa Bahasa Indonesia diakui oleh masyarakat internasional khusunya pengusaha asing.
Disamping itu, perjalanan Bahasa Indonesia di titik ini tidak juga melewati jalan mulus. Seiring dengan perkembangan zaman, Bahasa Indonesia mulai dianggap sebagai bahasa yang kurang menarik apalagi di kalangan remaja. Remaja lebih menyukai bahasa-bahasa terkini yang membuat mereka dicap trendy. Bahasa Indonesia mulai diselewengkan seenaknya tanpa memikirkan betapa seharusnya kita berterimakasih pada Bahasa Indonesia yang menjadi penentu bangsa. Munculnya bahasa gaul dalam kelompok sepermainan sudah tak dapat dipungkiri lagi. Bahkan tidak sedikit yang lebih menyukai menggunakan bahasa bangsa asing daripada bahasa sendiri.
Padahal, kitalah pemilik Bahasa Indonesia. Maka kita sendiri yang harus mempertahankan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia harus tetap merekah apapun peluru yang menembakinya. Kita harus sadar akan satu hal. Mengapa kita lebih tertarik menguasai bahasa asing daripada Bahasa Indonesia? Itu karena bangsa asing tersebut saling mempertahankan bahasa mereka. Saling menguatkan eksistensi bahasa mereka. Bangga menggunakan bahasa mereka sendiri.
Akankah kita kalah dengan mereka? Bahasa Indonesia bukan hanya sekedar cap sebagai bahasa nasional saja. Bukan hanya sebagai embel-embel pemersatu bangsa saja. Namun, kita harus melanjutkan perjalanan menuju arah sebenarnya dan tujuan sebenarnya Bahasa Indonesia itu. Menyelewengkan bahasa nasional sendiri juga berarti menyelewengkan identitas bangsa. Tentu hal tersebut sama saja tidak menilai apa yang telah dilakukan oleh para pewujud kemerdekaan bangsa.


Comments